Sebuah cerita tentang sariawan

Saya pilih bersyukur sajalah untuk sariawan yang sedang berkunjung saat ini. Capek menahan perih dengan air mata tergenang dan kepala yang nyut-nyutan. Mungkin ini jawaban atas penyakit sok dan takabur saya. Begini ya ceritanya, saya itu memang sering sariawan tapi udah lama sekali enggak, ada mungkin setengah tahun. Agak mengherankan, hingga beberapa hari yang lalu saya sampai berfikir apa yang bener ya?(bukan apa yang salah lhoh ya). Sepertinya pola makan minum masih sama. Hm, atau mungkin cuaca ya (sebenarnya ga ngerti apa ada kaitannya). Ah pokoknya mantep dah, sementara ga musti meringis sambil mengulum bibir yang kadang sampai berdarah. Saya kadang emang suka makan ati sama sariawan, pasalnya datangnya suka ga pada waktu yang tepat. Paling sering pas lagi ada tamu yang harus saya support pekerjaannya. Nah, wajah meringis itu kan kelihatan sangat tidak profesional. Seolah kita sedang keberatan atau sebaliknya seolah terlalu maksain (kalo emang sakit mbok ya istirahat di rumah gitu). Contohnya tadi pagi, sehabis meeting bos mendekati saya, kirain mo nanya kerjaan atau apa. Eh ternyata dia memastikan apakah saya sedang kelelahan karena wajahnya terlihat begitu. Hadoh, padahal saya ngantor dengan semangat banget tadi pagi. Pagi-pagi bangun langsung sikat gigi, minum air putih campur madu biar sariawan ini pergi. Tapi ternyata masih saja ada yang bisa membaca. Perasaan jadi ga enak ditanya begitu rupa. Terima kasih sih buat perhatian si bos, tapi ya itu kesannya aku kebanyakan kerja gitu. Males sebenarnya kalau sampai dikira begitu. Karena aku tahu benar kerjaanku itu ga berat-berat banget. Ga musti ngangkat-ngangkat stang sepeda yang musti di cat misalnya (ihihii..untuk yang kerja dipabrik sepeda ya). Aku malah sering tersiksa/takut dengan ungkapan"aktif tapi tidak produktif", sibuk banget tapi hasilnya nol alias ga ada. Tenaga habis tapi sia-sia. Pepatah orang minang "minyak abih samba dak lamak". Tapi ya itu gimana, si sariawan ini sih. Mana bukan sekedar nempel tapi juga bikin panas di dada. Rasanya jadi pengen masukin es batu sekarung biar adem. Ya sudahlah, begitu saja. Dolok Merangir, 30 November 2012

Tidak ada komentar :

Posting Komentar