Kaizen, Filosofi Bangsa Jepang Membangun Negerinya


Kita semua tahu bahwa nun di sebelah timur benua Asia ada sebuah bangsa yang berhasil bangkit dari kehancuran sehabis perang dunia II dengan gilang gemilang. Tidak sehari pun kita bisa lepas dari berbagai kreasi yang mereka ciptakan sebagai bentuk perjuangan tanpa kenal lelah dari sebuah semangat setelah kekalahan.

Saya tidak ingin bicara tentang Honda, Toyota, Mitsubishi, Toshiba, Canon, Nikon atau risleting YKK.  Kita bahas Kaizen saja.   Kaizen itu sebenarnya sederhana saja artinya yakni berubah menjadi lebih baik. Namun dalam penerapannya prinsip inilah yang menjadi dasar dalam kemajuan pada semua bidang kehidupan bangsa Jepang.

Sebagai perusahaan yang berinduk di sana filosofi ini juga diterapkan pada aktivitas perusahaan kami.  Kami memberi istilah yang lebih internal dengan sururaku . Suru=smooth, lancar dan raku= easy,  mudah. Kurang lebih setahun setelah diterapkan banyak perubahan dan ide yang muncul,  padahal sebelumnya tidak terbayangkan, sebagaimana dipresentasikan para peserta dalam kompetisi yang diadakan untuk pertama kali pada Jum’at (25/11) lalu.

Perubahan-perubahan kecil bisa dilakukan untuk  membawa perbaikan dalam sistem produksi, keselamatan kerja dan lingkungan demikian disampaikan para peserta.  Semua lini dalam perusahaan didorong untuk mengamati dan terlibat untuk menjadikan lingkup kerjanya menjadi lebih baik.  Prinsipnya sururaku adalah pengembangan/penetapan standar yang benar, melakukan pelatihan, pembiasaan, dan keterlibatan menyeluruh. Sehingga tidak akan ada pertentangan atau gap antara keadaan ideal yang diinginkan dengan kondisi yang sebenarnya. Perubahan itu haruslah sesuatu yang bisa diterima dan dilaksanakan semua orang dengan sukarela karena sebuah pemahaman.

Hasilnya? Kami baru tahu ternyata perusahaan bisa menghemat biaya listrik hampir 3milyar tiap bulannya dengan pengurangan satu blower yang tidak perlu dari sistem pengolahan limbah. Atau bahwa ternyata dengan perubahan sederhana pada sistem pencucian di pabrik, konsumsi air bisa dikurangi dalam jumlah yang sangat signifikan. Yah, kalau kita hanya butuh 100 meter kubik, kenapa pakai 200meter kubik?. Ada pula yang mempresentasikan bahwa sisa limbah yang terbuang dan mengganggu lingkungan ternyata dengan sedikit pengolahan dapat dimanfaatkan kembali bagi tanaman di lapangan. Sebelumnya semua masalah tersebut hanya jadi bagian rutinitas yang luput dari perhatian, hingga sururaku dikenalkan.

Kaizen/sururaku adalah proses keseharian dalam menyederhanakan berbagai hal untuk memperoleh produktifitas yang optimal.  Saya kira filosofi ini memang mendarah daging pada diri orang Jepang. Bekerja dengan mereka berarti harus siap dengan perubahan. Tidak ada situasi yang begitu-begitu saja.

Bagaimana mereka mengawalinya?. Dalam banyak kesempatan saya perhatikan biasanya mereka berbuat dulu berdasarkan pengetahuan yang ada. Bisa jadi tidak berjalan sebagaimana mestinya. Proses yang berjalan diamati terus menerus, masalah yang ditemui dicatat dan dicari pemecahannya. Pada kesempatan berikutnya tidak akan ada lagi masalah yang sama. Saya seringkali terkagum-kagum dengan hal ini. Singkatnya mereka tak mau bodoh dua kali, tak sudi masuk ke dalam lubang yang itu-itu juga. Mereka tidak menutup mata dari kesalahan apalagi mengabaikan lalu mencari kambing hitam  atau alasan.  Melainkan fokus untuk menemukan penyelesaian. Sekecil apapun masalah.

Semuanya tentu lahir dari sebuah keinginan dan pikiran yang terbuka untuk melihat segala sesuatu dengan sebenar-benarnya. Tidak melibatkan kepentingan diri pribadi, semata hanya untuk keadaan yang lebih baik bagi banyak orang. Bandingkan dengan bangsa kita.

Dolok Merangir, 28 November 2011

1 komentar :

  1. Semoga artikel ini bisa berguna untuk masyarakat secara keseluruhannya, juga bagi penulisnya sendiri

    BalasHapus