Berkunjung ke Taman Tonogayato Tokyo

Kalau saja tidak terjadi gempa 9.0 skala richter yang mengguncang bagian utara negeri matahari terbit itu kolega saya sudah menyiapkan beberapa lokasi wisata untuk kami sambangi disela training dan meeting yang harus saya ikuti  dalam kesempatan dinas ke Jepang Maret lalu. Kereta api yang terganggu karena pasokan listrik yang minim akibat kerusakan pembangkit fukushima menyulitkan mobilitas mereka di hari-hari pertama bencana. Saya pasrah saja kalau memang tidak bisa kemana-mana. Untungnya minggu itu saya yang hanya sendiri diinapkan di club dalam areal perusahaan hingga ke kantor jalan kaki saja 2 menit.

Tapi Sabtu siang sesudah jamuan sushi saya ditanyai ingin jalan kemana. Saya yang agak segan karena suasana masih begitu membingungkan (di tanah air orang ribut soal nuklir + kereta api yang terganggu)  selain juga tidak tahu banyak tentang tempat-tempat menarik di seputar Tokyo.  Demi menghormati tamu mereka berusaha menyakinkan saya untuk tidak sungkan. Saya mempertimbangkan beberapa tempat yang mungkin agak pas. Ah, spontan saya menyebutkan ingin melihat patung Hachiko (saya tidak sampai hati menyebutkan ingin ke harajuku pada para ilmuwan itu :)).

Ketiga bigboss saya itu tertawa"wah, tidak susah ya permintaannya" begitu kata mereka. Saya kira setelah itu kami akan langsung berangkat berhubung masih siang. Tapi ternyata saya malah diajak ke taman di seputar Kokubunji, kota kecil dekat kantor pusat perusahaan kami berada. Lokasinya tidak jauh dari restoran sushi. Kami berjalan sebentar dan menyebrang saja. Sebuah gerbang sederhana dan papan kayu penuh kanji yang tidak saya mengerti menyambut kami. Tonogayato Koen.

Taman Konogayato. Melihat suasana yang coklat kering dimana-mana saya agak bingung mengapa diajak ke sini. Taman kok tidak ada bunganya pikir saya. Hanya ada pohon-pohon besar tanpa daun dan rumput yang masih mengering sebab terbenam salju sejak beberapa minggu sebelumnya. Coklat dan kering. Tapi tak berapa lama terlihatlah bunga pink dan putih bermekaran. Plum (Prunus mume) blossoming kata para Jepun. Cuma bunga tidak ada daunnya. Seperti bunga plastik saja dari kejauhan. Begitu sedap dipandang mata. Memang ini masih awal musim semi, sakura pun belum terlihat, hanya ranting-ranting kering yang seolah akan mati. Tapi kalau lebih diperhatikan justru terlihat keindahan tersendiri padanya.

    Bunga plum bermekaran

   Bambu Jepang yang tumbuh satu-satu

   Ini Dogtooth Violet (Erythoronium japonicum), konon umbinya seperti ubi bisa dimakan.

 Kering yang indah bukan?


   Bercengkrama dengan tumbuhan

    Ini sebangsa bunga tahi ayam kita, sempat saya petik dan cium:)

   Flowering plum under the blue sky

    Berada diantara gedung kota

   Seperti rimba raya kan?


    Di gerbang

Taman ini berada di tengah kota Kokubunji, kota kecil di pinggir perfektur Tokyo. Hanya dua menit dari stasiun. Diantara hotel, mall dan restoran. Sebelumnya taman ini milik pribadi dari pemilik Toyota corp. Namun kemudian diserahkan pada pemerintah untuk bebas dikunjungi oleh siapapun. Tanaman-tanaman yang ada di dalamnya adalah tanaman asli Jepang. Yang mengagumkan adalah meski ada di kota kecil taman ini dikelola baik. Brosur-brosur disediakan untuk pengunjung berisi informasi tentang tanaman dan posisinya dalam taman. Juga musim berbunganya hingga kita dapat memilih waktu yang tepat untuk melihat mekarnya bunga yang kita inginkan. Terdapat pula peta yang menjelaskan cara mengakses taman dari beberapa lokasi.

Selain kami terlihat beberapa oma-opa yang asik memotret dengan kameranya.  Kalau saja kaki saya tidak terlanjur keseleo karena melompati batu-batu yang menebing mungkin kami masih betah berkeliling di sana.Taman Tonogayato ini ternyata hanya satu dari dari sekian banyak taman yang di kelola metropolitan Tokyo selain Kyu Furukawa Garden, Mukojima Garden, Kiyosumi Garden dan lain-lain. Ada 9 taman yang juga dicantumkan dalam brosur yang saya ambil di pintu masuk. Semoga lain kali saya bisa mengunjungi yang delapan lagi.  Siapa tahu?

Tidak ada komentar :

Posting Komentar