Sabtu kemarin saya nyaris kehilangan seperempat nyawa...

Sabtu kemarin saya nyaris kehilangan seperempat nyawa, apa pasal? . Ceritanya begini, pulang kerja bermaksud ke bengkel Honda utk service berkala vario light magenta saya, sudah sangat perlu ganti oli. Saya juga butuh sedikit refreshing. Sayangnya siang itu cuaca Merangir tidak begitu bersahabat, gerimis dan sedikit berangin, membuat ragu. Sambil berganti pakaian saya memandang langit kejauhan, kearah kota Siantar tempat yang hendak dituju, kelihatan terang-terang saja. Berdasarkan pengalaman cuaca di daerah ini sering menipu, di Merangir hujan lebat Serbelawan yg cuma kurang 10 menit dari sini malah panas.

Finally, saya sudah duduk di jok belakang motor yang hendak di service.  Ije, keponakan saya yang berkendara. Kami keluar dari komplek perumahan karyawan perkebunan karet Jepang itu dalam rinai hujan. Saya sibuk menarik-narik topi jaket agar gerimis tak menembus kepala, berzikir dalam hati, mohon perjalanan lancar-lancar saja. Ini jalan raya lintas sumatera,  truk-truk besar membawa hasil bumi, bus-bus antar propinsi, anak-anak muda bermotor dengan nyawa serep lalu lalang 24 jam. Dan mereka sering lupa ada orang lain disekitarnya. Nyaris setiap minggu “kalau tidak setiap hari “ada  kecelakaan di sini. Lindungi Ya Allah… Kira-kira menit ke 15 perjalanan saya tergagap.

Merogoh-rogoh saku jaket, waktu berangkat rasanya memasukkan dompet ke sebelah kanan dan merekatkan lagi tapi sekarang kosong, dompetnya raib. Saya meraba-raba  jeans coklat yang saya pakai, cuma hand phone dan kunci rumah. Sontak saya minta Ije putar balik, dia yang dari tadi konsentrasi dengan jalan terkaget bertanya jatuh dimana itu dompet. Sambil gemas dan sedikit panik saya jawab kalau tahu jatuh, ya diambil dong..hhhh..

Kami menyisir jalan yang sudah terlalui. Mengingat siang hari yang ramai, banyak pejalan kaki dan orang-orang yang menunggu angkutan dipinggir jalan, saya sudah membesar-besarkan hati, berharap itu dompet ditemukan oleh orang yang memerlukan, dan merancang-rancang yg harus saya lakukan setelahnya. Ke kantor polisi, ke bank, kantor lurah, HRD. Yah, tidak terlalu rumit sepertinya…tapi hiks..hiks lebih baik kalau dompet itu kembali.  Saya  mengawasi jalanan yang ditumbuhi mahoni dengan hamparan pohon Hevea brasiliensis dibelakangnya. Berharap-harap keajaiban. Tiba-tiba terlihat sepotong kertas berwarna hijau pupus di tengah-tengah aspal, saya tepuk bahu Ije.. itu dia!

Belum terlalu jelas. Kami berbalik pelan, berhenti,  saya mendekat, tergeletak terlentang,  dari jauh sebuah truk bermaksud melintas. Secepat kilat benda itu saya pungut.
Ya Allah, Alhamdulillahhh….dompet lipat dua yang saya beli waktu nostalgia ke Banda Aceh setahun yang lalu. Berbahan kain dengan bordiran warna krem motif khas Tanah rencong.  Saya periksa isinya, ada 9 lembar limapuluh ribuan, saya mengingat-ingat utuh tidak *sepertinya utuh*, saya kadang tidak menghitung ,…mengecek kartu-kartu, 2 KTP * keluaran Dolok Merangir dan Cipinang Melayu*, SIM, ...utuh.…alhamdu…wahhh..tidak.. ATM nya mana???

Terlintas jangan-jangan dompetnya sempat ditemukan orang, hihi tidak mungkin ATM diambil sementara duitnya utuh,  hidup oon!!.  Kami mondar-mandir mencari disekitar. Tidak bertemu juga, hanya kartu itu saja. Duh, tidak mau berlama-lama panik, saya memutuskan itu kartu mungkin tertinggal dalam mesin*saya pernah melakukannya 2 kali*Tapi keponakan saya berinisiatif  menyisir  lebih ke atas.

Tetap tidak ada, saya minta dia berbalik, melanjutkan perjalanan ke Siantar, sudah bersyukur dengan yang telah ditemukan, hanya perlu menelpon call center Mandiri.  Itu dia!!.. seru Ije.  Posisi kami tidak jauh dari tempat dompet ditemukan tadi, kartu ATM itu terlempar ke pinggir jalan, sedikit tertutup oleh rerumputan. Alhamdulillah. Syukur pada Allah.


Dolok Merangir, 27 Desember 2009

Tidak ada komentar :

Posting Komentar